Senin, 10 Juni 2013

Menerima kekurangan pasangan

" Tidak seorang pun yang baik seluruhnya dan tak seorang pun yang buruk seluruhnya. Orang yang sempurna benar-benar tidak ada. "
- David J. Schwartz


Untuk menciptakan suatu bentuk ikatan hubungan cinta kasih yang harmonis dalam jangka panjang, diperlukan toleransi dan saling pengertian akan kondisi keseluruhan pasangan. Hanya dengan menerima apa adanya kekurangan beserta kelebihan pasangan maka segala perselisihan yang terkait dengan perbedaan sudut pandangan dan benturan karakter bisa diselesaikan dengan mudah. Namun yang menjadi masalah apabila hanya salah satu pihak saja yang bisa menerima dan bertoleransi sedangkan pihak yang satunya cenderung egois maka masalah akan slalu timbul karena tidak adanya keseimbangan dalam memberi serta menerima. Masalah pelik pun akan muncul apabila ternyata kekurangan yang dimiliki salah satu pihak ternyata lebih besar porsinya dibandingkan kelebihan yang dimilikinya.

Ada seorang ibu yang datang berkonsultasi dengan saya, dia mengeluhkan perihal perilaku suaminya yang doyan berselingkuh dan berbohong. Situasi dan kondisi yang dijalani sangat rumit, maju sulit mundur pun sulit. Di sisi lain dia masih sangat mencintai suaminya namun di lain sisi, dia tidak bisa menerima kekurangan suaminya yang suka berselingkuh. Setelah saya lihat pun, sifat dan sikap suaminya sangat sulit diatasi bahkan menurut pandangan saya sifat buruk suaminya termasuk bersifat genetik atau turunan.

Ibu tersebut sempat bertanya apakah ada suatu solusi untuk merubah sifat dan sikap suaminya yang demikian. Saya jawab: hanya ada 2 solusi saja. Yakni pertama, ibu dulu yang harus berubah menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas diri. Lakukan semuanya dengan tulus ikhlas dan sabar serta fokus saja pada kebahagiaan diri sendiri beserta anak-anak. Saya sarankan untuk tetap melayani suami dengan baik dan mengirimkan doa. Pada dasarnya semua manusia dilahirkan dengan membawa sifat baik, dengan ketulusan dan pelayanan yang ikhlas biasanya seseorang yang jahat justru bisa tersentuh hati nuraninya. Dengan demikian diharapkan sang suami bisa berubah. Namun mesti diingat bahwasanya sifat atau watak buruk asli bawaan itu sulit berubah, hanya bisa dikurangi saja kadarnya kecuali yang bersangkutan sendiri yang ingin merubah secara fundamental. Inti kata : jika anda ingin berubah orang lain maka diri anda lah yang terlebih dulu harus berubah.

Solusi yang kedua dari saya adalah: jika memang ibu ternyata tidak sanggup menerima segala kekurangan sang suami maka lebih baik segera saja bercerai sebagai jalan terakhirnya. Perpisahan adalah jalan terakhir daripada hidup bagaikan di dalam suatu lingkaran setan, tersakiti terus menerus. Kedengarannya mudah meskipun dalam prakteknya sulit untuk dilakukan 2 solusi yang saya sarankan tersebut karena semua ini berkaitan dengan masalah perasaan cinta kasih. Namun hal yang sulit bukan berarti tidak bisa dilakukan. Semua keputusan dan langkah tindakan dikembalikan pada diri yang bersangkutan.

Hubungan cinta kasih memang rumit namun ada baiknya sebelum kita melangkah lebih jauh sebelum menentukan suatu komitmen dengan seseorang, cobalah pertimbangkan sifat dan sikap yang dimilikinya. Apabila anda merasa tidak sanggup menerima segala kekurangannya maka lebih baik anda mundur sebelum perasaan anda terlanjur mendalam daripada nantinya anda dibuat makan hati karena prilaku jeleknya di masa mendatang.

------------------------------------
Untuk berkonsultasi dengan Priyashiva Akasa Dwijendra/Priyashiva Akash, anda bisa menghubungi 
Telp/WA: +62 856 70 345 22 (Syarat & Ketentuan Berlaku)  

Priyashiva Akasa Dwijendra
-------------------------------
YouTube Channel :
Acara TV Priyashiva Akasa Dwijendra

----------------------------------