Minggu, 22 November 2015

Sulit jodoh karena orang tua

Berdasarkan pengalaman saya sebagai Peramal Tarot dan Konsultan Spiritual selama lebih dari 13 tahun, saya menemui banyak kasus sulit jodoh dari para klien laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh faktor duniawi maupun faktor spiritual. Kali ini saya hendak membahas perihal sulit jodoh karena orang tua.

Peranan restu orang tua sangat vital bagi anak-anaknya dalam proses pernikahan anak-anaknya. Maka tidak mengherankan apabila sulit jodoh juga disebabkan oleh karena orang tua yang tidak merestui. Sulit jodoh akibat dihambat atau tidak direstui oleh orang tua jamak terjadi di kalangan anak tunggal, anak pertama atau anak terakhir maupun juga satu-satunya anak laki di dalam keluarga atau sebaliknya. Para orang tua cenderung memiliki harapan yang sangat besar kepada anak-anak semacam itu. Konflik kepentingan antara orang tua dengan anaknya perihal jodoh dalam beberapa kasus bisa ditumbulkan akibat sifat egois orang tua.

Saya berikan beberapa contoh yang bisa dikatakan kasus ekstrim sulit jodoh karena hambatan dari orang tua. Ada seorang klien wanita sebut saja bernama si A. Si A ini telah berusia 54 tahun ketika pertama kali bertemu dan konsultasi kepada saya. Satu hal terpenting yang menyebabkan dia datang berkonsultasi ramalan tarot dengan saya adalah perihal menemukan jodoh yang tepat baginya di usia senja. Dia adalah seorang anak tunggal dan sepanjang waktu hidupnya dipergunakan untuk merawat bapak ibu dan untuk bekerja sebagai staf keuangan di sebuah pabrik besar. Sepanjang waktu dari pagi hingga sore dan dari senin hingga sabtu dihabiskan untuk bekerja, kemudian di malam harinya menemani bapak ibunya. Hari-hari liburpun bapak ibunya mewajibkan dia untuk sepenuhnya melayani kebutuhan mereka. Di masa muda si A, ada beberapa pria yang mencoba melamarnya namun dengan serta merta bapak ibunya melarang dan menghalau setiap pria yang datang dalam hidupnya. Sebagai anak tunggal, bapak ibunya sangat bergantung kepada si A baik secara keuangan maupun kehidupan sehari-harinya dan secara otomatis si A menjadi tulang punggung keluarga. Ada rasa takut kehilangan sumber penghasilan dan sekaligus tulang punggung itulah yang menyebabkan bapak ibunya melarang keras si A untuk bisa menikah. Sebab jika si A menikah, sudah dipastikan si A akan sibuk mengurusi suami dan keluar dari rumah. Didikan sebagai anak tunggal sekaligus tulang punggung bapak ibunya menjadikan si A ini memiliki sifat egois, individual dan juga pelit sehingga tak mengherankan jika si A juga tidak pernah memperhatikan penampilan fisiknya. Sampai suatu ketika, satu per satu bapak dan ibunya meninggal sehingga dia hidup sebatang kara di usia 54 tahun. Timbul rasa kesepian akibat kesendirian yang menyebabkan dia mulai sadar untuk mencari pasangan. Hambatan jodoh akibat orang tuanya tidak merestui dia untuk menikah telah hilang, namun sayangnya di usia 54 tahun bagi seorang wanita tidaklah mudah untuk bisa menemukan pria yang tepat dan baik. Ruang lingkup dan wawasan pergaulannya pun juga terbatas. Ditambah lagi penampilan luarnya yang tidak terawat dengan baik juga sifat-sifatnya yang egois, individual dan pelit semakin mempersulit kesempatan dia untuk menemukan jodohnya. Inilah salah satu contoh ekstrim keegoisan orang tua terhadap anaknya sehingga anaknya sulit mendapatkan jodoh hanya karena faktor asas manfaat orang tua. Memang benar seorang anak memiliki kewajiban untuk berbakti pada orang tuanya namun orang tua juga harus mempertimbangkan kepentingan anaknya.

Contoh lain sulit jodoh karena tidak mendapatkan restu orang tua dialami oleh seorang klien pria sebut saja bernama B. Si B ini merupakan anak sulung dan sangat diharapkan oleh kedua orang tuanya. Si B ini lulusan dari perguruan tinggi negeri ternama dan orang tuanya sangat mengharapkan agar dia bisa menjadi pegawai negeri yang sukses. Dia telah menjadi klien saya sejak dia masih duduk di bangku kuliah hingga dia berhasil menjadi pegawai negeri. Beberapa kali terjadi perbedaan pendapat antara saya dengan orang tuanya terkait jalur karir yang hendak dijalani si B. Saya menyarankan agar si B mengambil jalur pekerjaan di Departemen Kementerian agar si B bisa mendapatkan jenjang karir yang gemilang, namun orang tuanya justru menyarankan si B agar mengambil jalur pekerjaan di kedinasan dengan alasan agar si B segera mendapatkan uang sampingan yang banyak sehingga kebutuhan orang tua bisa segera dicukupi. Sebagai anak yang berbakti, si B menyanggupi keinginan orang tuanya dan pada akhirnya posisi kerja yang dia dapatkan malah macet dan tanpa pekerjaan yang jelas di divisinya. Dia mengeluh namun semua sudah menjadi pilihannya dan ternyata uang sampingan yang dia dapatkannya pun tidak seperti yang dibayangkan orang tuanya. Demikian juga dalam hal jodoh, beberapa kali si B mencoba namun selalu gagal. Saya melihat, kegagalan cinta kasih yang berulang kali dia alami itu diakibatkan kedua orang tuanya tidak memberikan restu dan tidak ikhlas anaknya bisa menikah karena orang tuanya masih mengharapkan agar si B akan slalu membantu perekonomian keluarga dan adik-adiknya. Tanpa disadari oleh kedua orang tuanya, si B menjadi sulit jodoh akibat doa orang tuanya sendiri. Maka dari itu, saya sarankan agar si B segera meminta restu dan keikhlasan orang tuanya agar dia bisa menikah apalagi sebentar lagi si B akan menginjak usia 30 tahun. Namun nampaknya, orang tuanya masih bersikukuh agar si B tidak boleh cepat-cepat menikah karena faktor ekonomi keluarga.

Beberapa contoh yang lain adalah para orang tua yang tidak setuju dan tidak suka dengan pasangan yang dimiliki anak-anaknya dimana ketidakcocokan orang tua tersebut terjadi berulang kali sehingga menyebabkan putra dan putrinya menjadi perawan dan perjaka tua. Begitu kedua orang tuanya meninggal, putra putri yang terhambat jodohnya karena orang tua tersebut tetap saja sulit mencari jodoh karena mind set atau pola pikir yang telah bertahun-tahun terbentuk sulit dirubah.

Bisa dikatakan sebagian besar sulit jodoh akibat hambatan dari orang tua terjadi karena sifat orang tua yang egois, kolot, individual, otoriter dan manipulatif sehingga mereka menghambat dan tidak merestui yang didasari oleh konflik kepentingan pribadi orang tuanya. Dalam beberapa kasus ekstrim, ada juga seorang ibu atau seorang bapak tidak suka dan iri melihat anaknya sendiri bisa bahagia mencintai dan dicintai orang lain. Dalam kasus yang demikian ini, biasanya bapak atau ibu yang iri dan dengki terhadap anaknya sendiri yang semacam ini disebabkan oleh masa mudanya dulu mereka juga diperlakukan hal yang demikian oleh orang tuanya sendiri. Sehingga terjadi suatu lingkaran setan turun temurun.

Jika anda saat ini kebetulan juga mengalami hal yang sama, ada baiknya anda segera bertindak dan bangkit untuk memperbaiki hubungan dengan orang tua. Berikanlah suatu pengertian dan mintalah doa restu keikhlasan agar doa orang tua mengarah kepada kebaikan bersama. Namun demikian, kebenaran itu tidak bersifat mutlak. Demikian sebagai orang tua, tidak selamanya tindakan orang tua itu selalu benar adanya. Orang tua tetap juga manusia biasa yang bisa salah.
 -----------------------------------
Untuk berkonsultasi dengan Priyashiva Akasa Dwijendra/Priyashiva Akash, anda bisa menghubungi 
Telp/WA: +62 856 70 345 22 (Syarat & Ketentuan Berlaku)  

Priyashiva Akasa Dwijendra
-------------------------------
YouTube Channel :
Acara TV Priyashiva Akasa Dwijendra

-----------------------------------------------------------------