Minggu, 09 Juni 2013

Tirakat puasa yang benar

Pernah suatu kali saya kedatangan seorang klien yang mengeluhkan perihal tirakat puasa yang tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Dia seorang wanita yang sedang memiliki hajat dan kemudian melakukan suatu tirakat puasa mutih secara kejawen selama 3 hari lamanya. Prosesi puasa dijalani dengan baik dan berhasil dilalui tanpa halangan apapun. Tak ayal dia bertanya kepada saya kenapa hasilnya nihil?

Ketika saya tanyakan apa saja yang dia lakukan selama menjalani tirakat tersebut, dia menjawab bahwasanya selama 3 hari itu dia tetap sibuk bekerja dan apabila sudah waktunya berbuka puasa maka dia segera saja menyelesaikan puasanya. Semua dilalui tanpa ada perbedaan apapun sebagaimana rutinitas biasanya, hanya saja yang membedakan adalah dia berpuasa kemudian hanya berbuka dengan sekedar memakan nasi putih dan air bening saja. Menurut pandangan saya, kesalahan utamanya ada di sini. Dia hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja sedang essensi terpenting dari hakikat berpuasa itu sendiri tidak dia jalankan. Essensi terpenting dari tirakat puasa adalah pembersihan diri secara jasmani rohani, intropeksi diri dan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhannya seperti banyak berdoa, bersedekah dan perbuatan baik lainnya. Idealnya tirakat berpuasa menyadarkan diri kita bahwa saat itu kita sedang 'terhubung' dengan Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Puasa yang sekedar tidak makan dan tidak minum hanyalah membuang waktu dan energi semata. Energi spiritual yang terpancar dari dalam diri kita pun tidaklah besar. Puasa yang demikian ini hanya memberikan efek sehat secara jasmani saja karena pada saat kita mengosongkan isi perut, kita memberikan kesempatan organ internal melakukan detoksifikasi dan istirahat sejenak. Puasa secara medis juga membuktikan bisa menurunkan kadar stress, menyeimbangkan hormon dan menstabilkan kembali proses kimiawi dalam tubuh. Namun sayangnya, secara spiritual puasa yang demikian ini nilainya nol besar.

Tirakat puasa yang benar adalah puasa dimana kita secara keseluruhan baik secara jasmani dan rohani sama-sama bersinergi melakukan pembersihan ulang. Banyak melakukan intropeksi diri, menahan gejolak nafsu duniawi, merilekskan hati dan pikiran serta meningkatkan intensitas komunikasi dengan Sang Pencipta. Dalam kondisi perut kosong, pikiran dan hati cenderung mudah dikendalikan sehingga ketika berdoa dan bermeditasi suasana hening akan tercipta dengan sendirinya. Hajat keinginan yang disampaikan melalui doa dalam kondisi yang khusu', bersih jasmani rohani dan tenang akan menghasilkan daya energi spiritual yang tinggi.

Saya sendiri biasanya menggabungkan tirakat puasa yang dibarengi dengan meditasi untuk menentramkan hati dan pikiran. Kita sebagai manusia yang hidup di dunia modern dalam menjalani kehidupan sehari-hari dipenuhi banyak energi negatif, polusi, tekanan perjuangan hidup dan lain sebagainya. Seringkali masalah yang datang bertubi-tubi akan menguras habis energi positif kita. Dengan menjalani prosesi tirakat puasa dan meditasi pada hari-hari tertentu memampukan kita untuk mengisi kembali batere energi spiritual. Apa yang saya gambarkan barusan hanyalah satu dari sekian banyak fungsi-fungsi spiritual dari tirakat puasa tersebut. Ada baiknya, sebelum kita memutuskan untuk melakukan tirakat puasa maka kita harus tahu dulu fungsi dan caranya agar tirakat yang dilakukan tidak sia-sia belaka.

------------------------------------
Untuk berkonsultasi dengan Priyashiva Akasa Dwijendra/Priyashiva Akash, anda bisa menghubungi 
Telp/WA: +62 856 70 345 22 (Syarat & Ketentuan Berlaku)  

Priyashiva Akasa Dwijendra
-------------------------------
YouTube Channel :
Acara TV Priyashiva Akasa Dwijendra

----------------------------------