Selasa, 25 Februari 2014

Profile Peramal Priyashiva di Tabloid Nova

Profile dan biodata singkat Peramal Tarot Priyashiva Akasa Dwijendra dimuat di Edisi khusus Ulang Tahun Tabloid Nova terbitan 24 Februari - 02 Maret 2014. Kisah hidup Peramal Tarot Priyashiva Akasa rencana akan dimuat secara berseri dalam 2 edisi terpisah dimana pada edisi pekan ini mengangkat kisah masa kecil dan remajanya. Bagi anda yang tertarik untuk mengetahui kisah pengalaman hidup Peramal Tarot Priyashiva Akasa Dwijendra bisa menyimak cuplikan berikut ini:


SEJAK REMAJA SUDAH DIALIRI ENERGI TAK BIASA


Nama Priyashiva Akasa Dwijendra cukup lama dikenal sebagai ahli numerologi, metafisika, paranormal, dan konsultan di berbagai bidang media cetak serta teve. Ramalannya selalu menjadi acuan bagi para pengusaha, pejabat, selebritas, juga berbagai kalangan masyarakat, sebagai pengingat agar lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Namun siapa sangka, sebelum menemukan 'panggilan' jiwa sebagai konsultan spiritual profesional dan tarot reader, Shiva sempat berganti pekerjaan hingga 13 kali. Ikuti kisah menariknya mulai nomor ini.

Saya adalah bungsu yang lahir di Yogyakarta, 40 tahun yang lalu, dari 10 bersaudara, saya terlahir dengan nama asli Bambang Basuki Rachmat. Konon katanyam untuk melahirkan saya, ibu harus berjuang 'lebih'. Maklum saja, selain beliau saat itu sedang sakit dan mulai sepuh, juga harus melahirkan saya sebagai anak ke-10. Tak heran, kan, bila ibu harus memiliki energi ekstra saat melahirkan saya?

Bahkan, almarhum bapak, Wiryo Suprobo, saat itu sempat diminta memilih anara anak atau aibunya yang harus diselamatkan. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa lahir dengan selamat. Katanya lagi, sejak kecil saya sempat mau meninggal dunia berkali-kali, tetapi selalu selamat dan tak pernah jadi meninggal.

Padahal pernah, loh, aku mengalami kecelakaan cukup parah. Secara logika, dalam suatu kecelakaan yang menimpa keluarga kamu, posisi saya seharusnya tak bisa selamat. Mobil kami ringsek, semua terluka. Kecuali saya, yang ketika itu terpental jauh dan selamat, hanya menangis saja. Yang saya ingat, saat saya masih usia 7 tahun dan kami dalam perjalanan menuju ke Solo.

Kejadian berikutnya, karena bapak setiap harinya salat di mesjid , saya pun ikut beliau. Namanya anak-anak, saya lalu main-main ke halaman masjid. Saya lalu tercebur ke kolam dia area masjid yang cukup dalam. Padahal, saya tidak bisa berenang. Sudah hampir mati, tapi saya masih diberi kesempatan hidup lagi. Kejadian semacam itu terus saya alami hingga usia remaja.

Nah, lantas saya bersekolah di SD Ngampilan, Yogyakarta. Ketika usia saya menginjak 8 tahun, bapak meninggal dunia. Sejak itu, saya praktis harus hidup mandiri dan diasuh kakak-kakak. Sebab, setelah bapak meninggal, ibu pergi meninggalkan kami. Tapi maaf, saya tak bisa bercerita soal ini. Yang pasti, saya harus belajar hidup mandiri di usia yang masih sangat belia.

Ketika harus meneruskan sekolah di bangku SMP, saya pun ikut salah seorang kakak dan tinggal di Jakarta. Saya pun masuk SMPN Jakarta. Selanjutnya, saya melanjutkan ke SMAN 48 di Jakarta Timur. Jujur saja, saya adalah anak indigo yang broken home. Semenjak kecil kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, sehingga sempat tumbuh menjadi anak nakal.

Tapi bukan nakal tidak yang enggak jelas. Saya nakal hanya karena ada ketidakseimbangan dalam hidup, kegelisahan yang berkecamuk. Saya pun menjadi orang yang moody, tidak tahu maunya apa. Akibatntnya, saya sering membolos sekolah. Pokoknya, jika mood saya sedang jelek, ya, saya tak akan berangkat sekolah.

Tetapi saya justru sangat aktif mengikuti ekstrakulikuler seperti pramuka, olah raga bela diri, dan seni lukis. Olahraga bela diri yang saya pelajari macam-macam. Dari Silat, Karate, Taekwondo, sampai Thai Boxing. tak heran bila prestasi sekolah saya cenderung biasa-biasa saja.

Ramalan Nomor

Oh ya, karena hidup saya prihatin, sejak SMP saya sudah terbiasa berpuasa setiap Senin dan Kamis. Yang saya lakukan adalah puasa mutih, hanya makan nasi putih dan air putih saja. Saya juga biasa melakukan puasa ngrowot, hanya makan buah-buahan saja. Hal ini juga saya lakukan, lantaran sejak kecil saya terbiasa mengikuti ajaran orangtua, melakukan sejumlah kebiasaan orang dulu biasa dilakukan bapak dan ibu.

Mendiang bapak adalah pengurus komunitas aliran kebatinan dan kejawen Bawono Toto Lahir Bathin (Bijaksana Tentram Lahir Bathin). Beliau menjabat sebagai bendahara. JIka mau ke makam kakake dan nenek kami di imogiri, bapak biasa mengajak kami berziarah dengan berjalan kaki. Kata bapak, tak boleh pakai kendaraan dan harus berjalan kaki di malam hari.

Jika orang lain ziarah di pagi atau siang hari, sementara ajaran bapak menyarankan kami ziarah di malam hari. Katanya, akan lebih bagus hasilnya. Apalagi jika dilakukan di atas pukul 24.00 dinihari. Nah, bisa jadi karena adanya keturunan dari keluarga ini pula, sejak kecil saya sudah bisa merasakan adanya makluk gaib. Kadang saya juga bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka.

Makanya, sejak SMP saya sudah bisa meramal nomor untuk berjudi dengan orang dewasa, seperti PORKAS atau SDSB yang di masa Orde Baru sangat marak. Saya terkadang iseng meramal angka yang akan keluar. Ternyata betul, yang keluar adalah angka yang saya ramal itu. Tak hanya bisa memprediksi angka, sejak remaja pun tubuh saya sudah memiliki suatu energi yang tak biasa. Jika saya kedinginan atau udara sedang dingin, tangan saya bisa menyetrum saat memegang radio, teve atau kulkas.

Jika tangan saya memegang bola lampu, maka bola lampu itu pun bisa putus. Mulanya, saya tak sadar soal energi ini. Beberapa kali memegang bola lampu saat akan mengganti bohlam yang putus, eh bola lampu baru pun langsung putus. Oleh karena terjadi berkali-kali, kaka saya sampai mengira saya tak becus mengganti lampu. Padahal, itu dikarenakan adanya energi listrik statis yang keluar dari tubuh saya. Tak hanya aliran listrik statis saja, saya juga ternyata memiliki kelainan gen.

Ceritanya, wajah sempat berjerawat parah dan saya ingin membersihkan ke dokter. Pada saat dokter memberikan suntikan obat bius, saya malah kebal. Hingga habis 36 ampul, baru saya bisa dioperasi di bagian wajah yang berjerawat. Itu pun dokter harus segera menyelesaikan jahitan, karena sudah siuman kembali.

Bahkan, jika orang lain memerlukan waktu hingga 2 minggu untuk proses penyembuhan, saya hanya memerlukan waktu empat hari saja dan sudah bisa pulih kembali. Dokternya sampai kaget dan mengatakan, saya punya kelainan gen, ha ha ha...

Namun hingga lulus SMA, tak ada kenangan romansa atau kisah cinta yang bisa saya kenang, maklum, hidup saya susah, jadi tidak terpikir hal-hal lain seperti menaksir cewek. Yang ada, ya , bekerja dan bekerja saja untuk menyambung hidup. Lulus SMA, saya langsung bekerja di pabrik sepatu. Ya, namanya juga anak muda masih ingusan, saya kerja serabutan saja dengan gaji Rp.157 ribu per bulan di pabrik sepatu.

Kendati demikian, asya terus berusaha agar mampu hidup mandiri. Saya pun sempat kuliah di jurusan statistik di salah satu universitas di Jakarta, sambil bekerja untuk biaya kuliah. Bahkan, saya sampai berkali-kali keluar dan masuk kerja baru, demi menyesuaikan diri dengan waktu kuliah saya. Hingga akhirnya kuliah saya terpaksa putus, lantaran sudah tal sanggup saya biayai lagi.

Kemudian, saya kursus Bahasa Jepang  dan melanjutkan kuliah di bidang komputer. Semua hanya bertahan sampai empat semester lalu terputus lagi lantaran, lagi-lagi, tak cukup biayanya. Sementara itu, saya pun pernah bekerja di sebuah bank swasta, meski hanya beberapa tahun saja.

Selanjutnya, saya sempat dipercaya menjadi personal assistant seorang profesor di Departemen Pertanian. Tapi saya merasa ingin mencoba bekerja di bidang lain, misalnya di dunia perhotelan. Setelah bekerja di hotel, saya sempat menjabat sebagai assistant group director di sebuah hotel berbintang 4 di Jakarta.

"Sejak usia belia, ternyata saya sudah memiliki "kelainan". Misalnya, bisa berkomunikasi dengan makluk gaib dan dialiri energi tak biasa."


Belajar Tarot

Oh ya, pada saat masih menjadi personal assistant sang profesor, saya sering bekerja di depan komputer. Pada saat itulah tepatnya di tahun 2002, saya banyak belajar tentang ilmu tarot setelah browsing di internet. Mengapa tertarik tarot? Tarot sebenarnya berasal dari Mesir yang oleh kaum sufi atau tasawuf banyak dipergunakan sebagai medium untuk intropeksi diri dan perenungan jalan hidup. Sebagaimana fungi I Ching di Cina. Kemudian dibawa oleh kaum gipsi ke Eropa.
Seiring berjalannya waktu, terjadi penyimpangan fungsinya. Sebagian besar orang yang tak memahami fungsi tarot menilainya sebagai musyrik. Padahal, konotasi musyrik sejatinya bersifat relatif. Orang yang percaya ramalan cuaca, berarti musyrik juga, donk?
Ilmu Tarot saya pelajari secara autodidak melalui internet. Dengan kemampuan bahasa asing saya, banyak ilmu yang bisa saya pelajari dan implementasikan sehingga menjadikan saya sebagai tarot reader. Ternyata, kombinasi ilmu tarot dan kemampuan spiritual yang saya miliki sejak kecil, membuat saya bisa menguasai ilmu lain seperti astro tarot, numerologi, hingga feng shui.
Dari ketertarikan belajar membaca tarot, saya akhirnya mulai melayani klien yang ingin 'dilihat' potensi bisnis atau persoalan keluarga mereka hingga soal masa depan. Ternyata, banyak yang sukses dan cocok, sehingga banyak diantara klien itu menjadikan saya konsultan mereka, baik dalam bisnis maupun persoalan dalam keluarga.
Di tahun 2002, itu saya pun resmi menjadi peramal. Hingga tahun 2006, saya memakai nama Edward Khan. Hingga suatu hari di bulan Ramadhan, di suatu malam Lailatul Qadar, saya bermimpi sedang berjalan di atas samudra. Guru saya yang mengikuti ajaran bapak di aliran Bawono Toto Lahir Bathin mengatakan, mimpi adalah perlambang.
Beliau menyarankan, saya lebih cocok memakai nama Priyashiva Akasa Dwijendra. Dan sejak 2007, sesuai keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, saya pun mengganti nama menjadi Priyashiva Akasa Dwijendra. Yang memiliki arti Jelmaan Dewa Siwa dalam wujud mempesona sang raja para pertapa, yang memiliki kekuatan alam etherik atau alam gaib. (BERSAMBUNG)
(Nomor depan: Setelah merasa menemukan passion sebagai konsultan spiritual dan peramal Tarot, pintu karier Shiva makin terbuka lebar. Banyak tawaran yang meminta dirinya menjadi narasumber, pembicara, maupun presenter di berbagai media massa.)

------------------------------------
Untuk berkonsultasi dengan Priyashiva Akasa Dwijendra/Priyashiva Akash, anda bisa menghubungi 
Telp/WA: +62 856 70 345 22 (Syarat & Ketentuan Berlaku)  

Priyashiva Akasa Dwijendra
-------------------------------
YouTube Channel :
Acara TV Priyashiva Akasa Dwijendra

----------------------------------