Kamis, 18 Juni 2009

Intuisi


Gambar : Fortune Teller Mah Jongg

Dikutip dari majalah Gatra

Kafi Kurnia
Intuisi

Jakarta, 9 Mei 2001 18:14
PADA 1986, saya kembali dari Australia. Setelah hampir dua bulan mencari lowongan, saya memiliki tiga alternatif. Saya memilih tawaran dengan gaji paling kecil. Ayah saya cukup gusar. Namun, kalau saya urut kembali ingatan itu, percaya atau tidak, saat itu saya memang menggunakan pola berpikir intuitif. Syukurlah, hingga hari ini, saya mensyukuri keputusan itu.

Pola pikir intuitif juga menjadi salah satu ciri unik para chief executive officer (CEO) dan kampiun bisnis dunia. Sering kita dibuat kagum dengan kecepatan dan ketepatan seorang CEO dalam membuat keputusan. Tak jarang beberapa di antaranya dianggap memiliki indra keenam, sehingga memiliki intuisi tajam sekali.

Kaum wirausaha merupakan salah satu kelompok terbesar yang mengandalkan cara mengambil keputusan lewat intuisi. Di lain pihak, cara pengambilan keputusan berbasis intuisi dianggap tak ilmiah, dan berbahaya. Apa jadinya kalau sekali waktu sang CEO kejeblos, dan putusannya meleset.

Model mengambil keputusan berdasarkan intuisi juga dipakai secara metodik oleh berbagai kelompok profesional, misalnya oleh para detektif kepolisian. Mereka sering mengusut berbagai peristiwa pembunuhan dan kriminal yang bukti pengusutannya minim sekali. Mau tidak mau mereka harus menajamkan intuisinya. Mereka harus mengusut layaknya menguak misteri besar.

Saya pernah bicara dengan seorang polisi senior untuk mengintip lebih jauh proses ini. Beliau mengatakan, mengusut kasus kriminal sama seperti memecahkan teka-teki. Awalnya mereka mencari petunjuk atau bukti. Hal ini merupakan kompas yang penting. Lalu mereka mencoba menguak misteri atau teka-tekinya dengan petunjuk yang ada, yang sering minim sekali jumlahnya. Dengan mengandalkan pengalaman masa lalu, mereka menggunakan intuisi untuk mencari keping-keping petunjuk lainnya.

Jelas sudah bahwa cara mengambil keputusan dengan gaya intuisi sebenarnya cukup ilmiah juga. Lewat petunjuk terbatas, pola gambar yang lebih besar dibuat untuk dasar membuat keputusan. Alden M. Hayashi belum lama ini menulis artikel unik tentang mengambil keputusan lewat intuisi. Artikelnya dimuat di Harvard Business Review, Februari 2001, tempat Hayashi menjadi editor senior.

Katanya, otak kita sebelah kiri merupakan pabrik pengolah informasi secara sadar, rasional, dan dipenuhi logika. Otak kanan kita kebalikannya. Bagian ini mengolah informasi secara di bawah sadar, emosional, dan berdasar intuisi.

Banyak eksekutif yang menyadari keampuhan otak sebelah kanan ini. Mereka merangsang otak kanan lewat kegiatan rileks seperti joging, melamun, mendengarkan musik, atau meditasi. Banyak di antara kita, misalnya, justru mendapat ide-ide segar saat mandi. Saya sering mendapat percikan ide tatkala berolah raga pagi hari.

Dengan melatih otak kanan secara teratur, kreativitas berpikir kita bertambah kaya. Fakta selanjutnya, Antonio R. Damasio, ahli saraf di Fakultas Kedokteran University of Iowa, Amerika Serikat, menemukan bahwa emosi erat hubungannya dengan intuisi kita saat mengambil keputusan. Misalnya, keputusan yang diambil saat kita sedang marah besar cenderung meleset dari sasaran.

Lainnya adalah faktor pengalaman luas, yang mampu secara intuitif membuat kita melakukan cross-indexing terhadap berbagai masalah dan subjek. Dengan cara itu, keputusan yang kita ambil secara intuisi lebih baik struktur polanya.

Dengan menggabungkan faktor-faktor tersebut, Anda bisa mulai melatih menajamkan intuisi, membuatnya menjadi alat kreatif untuk mengambil keputusan. Walaupun demikian, Anda juga perlu berhati-hati. Jangan terperangkap pada situasi terlalu percaya diri, dan menganggap keputusan Anda 1000% benar.

Sisakan ruangan untuk penyempurnaan. Situasi bisa berubah sewaktu-waktu.

[Kafi Kurnia]
[Gatra Nomor 25 Beredar Senin 7 Mei 2001]

 -----------------------------------
Untuk berkonsultasi dengan Priyashiva Akasa Dwijendra/Priyashiva Akash, anda bisa menghubungi 
Telp/WA: +62 856 70 345 22 (Syarat & Ketentuan Berlaku)  

Priyashiva Akasa Dwijendra
-------------------------------
YouTube Channel :
Acara TV Priyashiva Akasa Dwijendra

-----------------------------------------------------------------