Thursday, May 7, 2009

Ramalan Tarot Priyashiva Akasa di Majalah Warta Ekonomi


Membaca bisnis dengan Intuisi



Apa yang Anda harapkan pada pergantian tahun? Tentunya ada perbaikan dalam bisnis, baik bagi kantong pribadi maupun perusahaan. Apalagi, di penghujung tahun 2008, dunia dilanda krisis keuangan global. Maka, harapan agar krisis segera berlalu dan roda ekonomi kembali berputar ada pada lapis pertama. Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan harapan itu? Menerapkan strategi baru, itu pasti. Atau, mengikuti diskusi dan konsultasi bisnis untuk mencari solusi jitu.
Nah, bicara soal yang terakhir, pernahkah terpikir oleh Anda untuk menggunakan tarot guna mencari solusi bisnis? “Tarot bukan sekadar menerawang masa depan, melainkan medium bagi saya dalam proses pengambilan keputusan untuk menganalisis data bisnis, serta memanfaatkan intuisi guna memprediksi hal-hal yang tidak terduga, atau saat saya menghadapi hal-hal yang terbatas data pendukungnya,” papar Priyashiva Akasa, seorang pengusaha marketing online dan eksportir.
Awalnya, Priya menggunakan tarot untuk melihat siapa calon mitra bisnisnya. Menurut dia, dalam bisnis, yang terpenting adalah siapa orang-orang yang akan terlibat dengan si pebisnis tersebut. Misalnya, ketika Priya hendak menjalin kerja sama bisnis dengan mitra yang belum dikenalnya, ia hanya mampu menilai performa calon mitranya berdasarkan data di atas kertas. Adapun soal kejujuran, integritas, dan prospek, cukup diukur. “Maka, dengan mengandalkan intuisi, saya setidaknya dapat menilai aspek-aspek internal yang kasatmata dari mitra kerja yang baru. Ini bisa meminimalisir kerugian dalam bisnis saya,” kata Priya, yang sejak 2002 serius menekuni tarot.
Priya berkisah, ketika masih mengurus bisnis ekspornya, dia pernah harus berhadapan dengan salah satu calon mitra yang ia yakini bukan pebisnis yang jujur. Maka, Priya mulai mengocok kartu untuk membaca siapa sesungguhnya calon mitra bisnis yang ia “curigai” itu. “Ketika itu orang-orang di sekitar saya tidak percaya. Tetapi, dari hasil membaca tarot, kelihatan kalau dia memang tidak jujur,” ungkap Priya.
Seiring perjalanan waktu, hasil wacana tarotnya terbukti benar. Mitranya tadi memang tidak jujur dalam berbisnis. Untunglah, berkat tarot, Priya sudah bersiap diri sebelumnya, sehingga tidak mengalami kerugian yang terlalu besar. “Ini sangat membantu saya, meski memang tidak bisa 100% akurat,” terang Priya. Pengalaman itulah yang membuat Priya kian yakin dengan tarot. Bahkan, ia pun membuka jasa konsultasi tarot lewat internet. “Saya ingin membantu orang lain dalam memberikan solusi bisnis, dan strategi dalam permasalahan bisnis mereka,” akunya.
Sementara itu, Vivi D. Noviyanti, seorang konsultan independen untuk sejumlah perusahaan, mengaku memakai tarot sebagai alat bantu memperoleh data tambahan yang dibutuhkan dalam menyusun profil kepribadian seseorang. “Bagi saya, kartu tarot mempunyai fungsi yang hampir sama dengan alat-alat tes dalam psikologi,” kata Vivi. Namun, ia mengaku tidak menggunakan tarot di depan pasien saat menjalankan profesinya sebagai psikolog, dengan alasan kode etik profesi. Menurut Vivi, seorang psikolog harus memiliki mata batin yang kuat, seperti halnya pewacana (pembaca kartu) tarot. “Saya butuh intuisi yang kuat untuk menyusun profil kepribadian seseorang,” kata dia.
Leonardo Rimba, seorang master tarot, menegaskan bahwa tarot bukan klenik, komunikasi dengan roh jahat, atau hal-hal mistis lainnya. Lewat kartu tarot, seorang pengusaha atau pebisnis bisa mengintip kemungkinan keberhasilan bisnis yang sedang ia jalankan, melihat klien mana saja yang menguntungkan dan yang tidak, atau justru mencari akar permasalahan di perusahaan.
Senada dengan Leo, Ani Sekarningsih, grand master tarot dari American Tarot Association, mengatakan bahwa tarot tidak sekadar melakukan terawangan untuk masalah jodoh atau keluarga. Bagi Ani, tarot bisa juga bersinggungan dengan bisnis dan ekonomi. Ani mengaku sering dikunjungi pebisnis yang ingin mencari solusi bisnis lewat tarot.


Siapa IPO?

Lalu, bagaimana dengan peluang bisnis untuk tahun ini menurut wacana tarot? Menurut pembacaan kartu, Leo dan Ani sepakat bahwa ada lima sektor bisnis yang peruntungannya akan membaik selama 2009, yakni industri keuangan (saham dan investasi), asuransi, industri kreatif, ritel, dan transportasi.

Meski tidak percaya tarot, Patricia Rolla Bawata, presdir PT AXA Life Indonesia, sepakat dengan hasil pewacanaan Leo dan Ani. “Tahun ini ada pemilu. Masyarakat sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak risiko jika terjadi hal-hal buruk,” tutur Patricia. Maksud Patricia, masyarakat akan melindungi diri dan keluarganya dengan membeli produk-produk asuransi. Patricia optimistis tahun ini bisnis asuransi akan bergerak stabil, karena perusahaan-perusahaan sudah mengatur langkah.
Seperti halnya Patricia, Jens Reisch, presdir PT Asuransi Allianz Life Indonesia, juga optimistis pertumbuhan untuk industri asuransi sepanjang tahun ini akan mencapai 15%–20%. “Saat terjadi banjir, klaim asuransi bisa tinggi. Selain itu, makin mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, membuat orang makin merasa membutuhkan asuransi,” kata dia.
Sementara itu, Ani memberi catatan khusus bagi industri-industri yang harus bekerja ekstra keras pada 2009 ini, yakni manufaktur, otomotif, perbankan, pariwisata (termasuk hotel dan agen perjalanan), pertambangan, dan kosmetik. Untuk mendapatkan kesuksesan, ujar dia, para pelaku industri tersebut harus menyusun strategi yang jitu, memperhatikan pengelolaan, dan mengedepankan promosi yang tidak monoton. “Orang jenuh dengan kondisi yang sudah ada. Itu sebabnya mereka akan mencari sesuatu yang baru, melakukan perjalanan ke tempat yang baru, untuk mendapatkan tantangan baru. Jadi, bisnis pariwisata memiliki peluang untuk berkembang,” kata Ani, sembari membaca kartunya. Apalagi, tambah dia, masih banyak objek wisata di Indonesia yang belum terekspos.
Kendati tidak percaya 100% pada perhitungan tarot, Rudiana, ketua bidang tata niaga Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) DKI Jakarta, mengaku setuju dengan gambaran Ani tentang potret industri pariwisata pada 2009. “Memang tak bisa dibilang cerah, karena banyak orang yang melakukan pengetatan bujet. Namun, kunjungan ke objek-objek wisata lokal tetap tumbuh,” kata Rudiana. Ia juga mengakui, pada semester I-2009, bisnis pariwisata masih lesu, khususnya bisnis agen perjalanan. Namun, Asita yakin bisnis ini akan membaik pada kuartal III-2009. “Kami harus gencar melakukan promosi, tetapi dengan bujet rendah. Intinya, kerja keras,” tegas dia.
Uraian Rudiana tadi ternyata sesuai dengan kartu yang dibuka Leo, yakni IV The Emperor, Ace of Cups, dan 8 of Swords. “Industri pariwisata terpengaruh mood yang secara umum menurun, tetapi sebenarnya bisa bertahan karena ada captive market,” ungkap Leo. Maka, Leo menyarankan agar pelaku bisnis pariwisata melakukan positioning yang tepat agar bisa meraih untung dari pasar yang spesifik.
Rudiana pun mengamini pendapat Leo. Ia mengaku, pelaku bisnis yang tergabung dalam Asita telah menyusun strategi untuk menghadapi 2009. Di antaranya, efisiensi belanja iklan, melakukan diversifikasi produk dan destinasi. Ani menyarankan agar pemerintah tidak lagi bergantung pada Bali sebagai destinasi wisata. “Pemerintah harus menggarap objek-objek wisata yang baru. Apalagi pemerintah punya bujet Rp300 miliar untuk mengembangkan industri pariwisata,” kata Ani.
Sementara itu, Priya berpendapat bahwa tahun ini sebenarnya masih terbuka peluang bagi seluruh sektor bisnis untuk berkembang. Pasalnya, krisis saat ini berasal dari luar negeri dan belum berimbas ke ekonomi domestik. “Ini cuma reaksi panik saja. Lebih baik tunggu saja sampai keadaan lebih stabil. Kurang bagus jika melakukan investasi pada semester I-2009, karena semua orang sedang dalam proses pemulihan,” ujar dia. Itu sebabnya Priya berencana membuka bisnis batik lewat internet pada pertengahan tahun ini. “Pada semester II, trennya orang sudah mulai bangkit lagi,” katanya, sambil melihat hasil mewacana tarot dan kondisi yang terjadi saat ini.
Senada dengan Priya, Leo dan Ani juga menyarankan hal yang sama. Menurut Leo, tahun ini tidak perlu disikapi secara berlebihan. “Tak perlu panik karena masa pemulihan akan terjadi secara cepat,” kata dia, sembari membaca kartu tarot. “Kalau ada proyek atau business deal yang lepas, itu hanya penundaan. Setelah itu, bisnis bisa berjalan seperti biasa,” kata Leo. Lalu, bagaimana dengan keadaan di paro kedua 2009? “Antara pertengahan hingga akhir 2009 akan ada perusahaan yang terkait dengan perminyakan yang akan melakukan initial public offering (IPO),” kata dia. Siapa? Leo hanya tersenyum.

D. UTAMI WARDHANI, ARI WINDYANINGRUM, DAN IRWANSYAH


Tulisan ini dikutip dari majalah Warta Ekonomi edisi 02 Tahun XXI 26 Januari-8 Februari 2009 pada halaman 36-37. Judul asli tulisan ini adalah “Tarot: Membaca Bisnis dengan Intuisi”.
sumber : http://www.wartaekonomi.co.id/index.php/membaca-bisnis-dengan-intuisi.html


 -----------------------------------
Untuk berkonsultasi dengan Priyashiva Akasa Dwijendra/Priyashiva Akash, anda bisa menghubungi 
Telp/WA: +62 856 70 345 22 (Syarat & Ketentuan Berlaku)  

Priyashiva Akasa Dwijendra
-------------------------------
YouTube Channel :
Acara TV Priyashiva Akasa Dwijendra

-----------------------------------------------------------------